Cara Mengekspresikan Rasa Takut

Orang mengekspresikan rasa takutnya dalam aneka macam cara. Yang sangat bervariasi itu memang bukan cuma apa yang mereka takuti, tapi juga cara mereka mengekspresikan ketakutannya.

Banyak dari kita yang sadar, misalnya, bahwa seringkali ada perbedaan antara bagaimana laki-laki dan perempuan mengekspresikan ketakutannya. Di mulai semenjak masa kanak-kanak, anak perempuan punya lebih banyak rujukan untuk mengekspresikan ketakutannya, baik dalam kehidupannya nyata, dalam buku, televisi, maupun film.

Banyak wanita, juga sebagian pria, yang dilatih untuk menjadi berhati-hati, takut, bahkan sangat takut. Sebagian mendapatkan pesan-pesan dari orang bau tanah dan lingkungan yang menganjurkan atau bahkan menawarkan reward untuk rasa takut.

Adalah lebih bisa diterima secara sosial bagi perempuan untuk mengakui dan mengekspresikan rasa takutnya secara langsung. Bagi sebagian orang, itu bukan cuma bisa diterima, tapi juga hampir diwajibkan.

“Kemana pun saya pergi sebagai seorang remaja,” seorang sahabat memberi tahu saya, “ibu saya selalu mengatakan, ‘Hati-hati.’ Tidak problem apakah saya akan pergi ke sekolah, jalan-jalan, atau mengunjungi sahabat ku.

Tapi pada adik lelaki ku ibu tidak akan mengatakan, ‘Hati-hati,’ ia akan menyampaikan ‘Jangan nakal.’ Jika ia nakal, orang bau tanah ku akan merasa sedikit kesal, tapi mereka akan merespon dengan kata-kata sambil kemudian misalnya, ‘Namanya juga anak laki-laki.’

Tapi jikalau saya yang bermasalah, mereka mengatakan, ‘Kan ibu sudah bilang untuk berhati-hati!’ Ada kepanikan bahkan histeris dalam nada bunyi mereka: ‘Kau bisa diculik, diperkosa, atau dibunuh”

Pria tentu juga merasa takut, tapi masyarakat kita mengajarkan mereka untuk mengabaikan, menolak, atau mengingkarinya. Pria sering memperlihatkan rasa takut secara tidak pribadi — dengan menjadi marah, mabuk, menjadi penyendiri, atau menghindari situasi-situasi yang mereka tidak tahu cara mengatasinya.

Bahkan suatu situasi rutin, contohnya harus bergantung pada orang lain untuk meminta informasi, mungkin akan menimbulkan rasa takut dan suatu desakan atau pengingkaran rasa takut.

Banyak laki-laki yang harus berjuang dengan rasa takut yang intens tanpa ada cara untuk mendiskusikan, mengekspresikan atau bahkan mengetahui apa yang membuat mereka khawatir.

Meski fakta bahwa rasa takut laki-laki itu lebih tersembunyi — atau mungkin sebab ini — tapi rasa takut mereka seringkali menjadi lebih dalam dan lebih membebani.

Apa yang membuat anak laki-laki dan laki-laki relatif lebih enggan untuk mengakui atau membuktikan rasa takut?

Seiring waktu ketika anak laki-laki mencapai usia 5 atau 6 tahun, para laki-laki umumnya mempunyai pesan internal bahwa rasa takut itu tidak “jantan” dan harus disembunyikan atau di ingkari.

Nantinya, selama tahun-tahun sekolah, budaya yang lebih banyak didominasi menempatkan anak  laki-laki untuk mengejek, mengganggu, atau bahkan menghukum secara fisik anak laki-laki lain yang mengekspresikan rasa takutnya secara terbuka.

Seorang anak laki-laki yang tidak menekan rasa takutnya mungkin akan dilabeli seorang “banci,” “penakut,” atau “pengecut.”

Ini menimbulkan laki-laki dan perempuan secara umum mendapatkan pesan-pesan yang jauh berbeda ihwal mengakui rasa takut dan ihwal bentuk ibarat apa rasa takut itu bisa di ekspresikan.

Namun, pertanyaan dasar disini bukanlah apa yang umumnya dirasakan oleh laki-laki dan wanita, melainkan apa yang anda (sebagai individu) rasakan secara spesifik. Apakah anda merasa bahwa rasa takut itu telah merusak kemampuan anda untuk menikmati hidup dan mencapai target? Dan dalam bentuk apa rasa takut itu anda ekspresikan?

Bagaimana Cara Anda Mengekspresikan Rasa Takut?

Meski rasa takut hanya dimulai sebagai suatu bentuk emosi, tapi seiring waktu itu bisa membuat suatu konsep diri dan gaya kepribadian.

Untuk membantu anda supaya lebih memahami bagaimana anda mengekspresikan rasa takut, berikut ini serangkaian quiz yang bisa anda isi dan beri nilai. Hasilnya akan menawarkan anda suatu pemahaman yang terang mengenai cara anda mengekspresikan rasa takut.

Dibagian bawah setelah quiz ini, saya akan menjelaskan 5 cara utama untuk mengekspresikan rasa takut dan bagaimana itu bisa mempengaruhi anda. Berikut ini cara memakai quiz:

  • Berdasarkan skala 1 (“Sama sekali bukan diri ku”) hingga 5 (“Itulah aku!”), rating diri anda pada setiap pernyataan memakai panduan berikut ini:

Tidak pernah = 1 poin
Jarang = 2 poin
Terkadang = 3 poin
Sering = 4 poin
Selalu = 5 poin

  • Setelah menuntaskan kelima quiz, hitung skore total untuk setiap quiz.
  • Rangking cara anda mengekspresikan rasa takut sebagai berikut: total skore tertinggi mengindikasikan cara utama anda mengekspresikan rasa takut, skore terbesar berikutnya yaitu cara sekunder anda, dan seterusnya.
  • Urutan yang mengindikasikan skore anda menawarkan suatu pandangan umum mengenai cara anda mengekspresikan rasa takut.

Diskusi detil dibagian bawah akan membantu anda untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai cara anda mengekspresikan rasa takut.

Quiz #1

  1. Apakah anda merasa enggan untuk meninggalkan zona nyaman, menghindari situasi-situasi yang mungkin menimbulkan anda menjadi stress atau cemas?
  2. Apakah anda merasa kesulitan untuk memulai perbincangan atau berbicara untuk diri sendiri?
  3. Apakah butuh waktu yang usang bagi anda sebelum memberanikan diri untuk berbicara dengan orang lain pada acara-acara sosial?
  4. Apakah anda sadar mengenai sensasi-sensasi pada badan anda ketika anda berada di dalam situasi-situasi sosial, contohnya detak jantung meningkat atau perut anda terasa mual?
  5. Apakah anda lebih suka tetap membisu dari pada berbicara dengan orang lain?
  6. Apakah anda merasa takut melaksanakan suatu kecerobohan sosial?
  7. Apakah anda menjauh dari aktivitas-aktivitas sosial, lebih banyak mengahabiskan waktu dengan kegiatan pasif, contohnya membaca, menonton TV, atau memakai komputer?
  8. Saat ngobrol dengan orang lain, apakah anda kehilangan fokus pembicaraan sebab khawatir ihwal pandangan orang lain mengenai diri anda?
  9. Apakah anda tidak suka menjadi sentra perhatian?
  10. Apakah anda merasa tidak nyaman ketika seseorang memuji anda?
  11. Apakah anda cenderung untuk hidup di dalam kepala dari pada di dalam badan anda?
  12. Apakah anda sering percaya bahwa anda “tidak cukup” (mampu, pintar, menarik, dan seterusnya)?

Skore Total: __

Quiz #2

  1. Apakah anda sering merasa tegang atau gelisah mengenai hal-hal yang terjadi dalam hidup anda?

  2. Apakah orang lain terkadang menggambarkan anda sebagai “terlalu tegang”?

  3. Apakah anda merasa sulit untuk rileks, bahkan ketika tidak ada yang benar-benar perlu diatasi?

  4. Apakah anda merasa sulit untuk tertidur, tetap tertidur, atau tidur nyenyak di malam hari?

  5. Apakah anda gampang menjadi waspada terhadap suatu kemungkinan masalah?

  6. Apakah hal-hal tampaknya sering tampak lebih sulit dihadapi bagi anda dibanding bagi orang-orang yang anda kenal?

  7. Apakah anda menerima saran dari orang lain untuk “tenang” atau “jangan khawatir”?

  8. Apakah anda segera menjadi gugup ketika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan?

  9. Apakah anda sering memakai “Ya Tuhan!”?

  10. Apakah anda sering merasa resah ketika mendengar laporan berita, cuaca, atau bisnis?

  11. Apakah anda mencicipi ketegangan yang bekerjasama dengan problem di dalam tubuh, contohnya sakit perut, pusing-pusing, atau tegang dibahu?

  12. Apakah berdasarkan anda, anda terlalu banyak memikul tanggung jawab?

Skore Total: __

Quiz #3

  1. Apakah penting bagi anda bahwa orang-orang menyukai atau menyetujui anda?

  2. Apakah anda merasa sulit untuk menyampaikan “tidak” pada orang-orang ketika mereka meminta sesuatu pada anda?

  3. Apakah anda cenderung untuk menawarkan prioritas pada kebutuhan orang lain diatas kebutuhan anda sendiri?

  4. Apakah anda lebih suka memikirkan apa yang harus dilakukan dari pada apa yang ingin anda lakukan?

  5. Apakah anda merasa terganggu ketika seseorang merasa tidak suka pada anda?

  6. Apakah anda mencari persetujuan, petunjuk, atau konfirmasi dari orang lain sebelum melaksanakan apa yang ingin anda lakukan?

  7. Apakah anda merasa kesulitan untuk mengambil keputusan sendiri?

  8. Apakah anda gampang dipengaruhi oleh opini orang lain, mengubah sudut pandang anda ketika seseorang tidak oke dengan anda?

  9. Apakah anda gampang terintimidasi oleh suatu bunyi murka atau pandangan yang tidak setuju?

  10. Apakah anda enggan untuk berbicara, merasa takut bahwa seseorang mungkin tidak oke atau tidak suka dengan apa yang anda katakan?

  11. Apakah anda mencoba untuk menekan perasaan murka sehingga tidak membuat suasana memanas dan menjaga supaya semuanya tetap tenang?

  12. Apakah anda sering menuruti kemauan orang lain, kemudian merasa terluka atau murka sesudahnya sebab opini anda tidak dihiraukan?

Skore Total: __

Quiz #4

  1. Apakah orang-orang akan terkejut ketika mengetahui ihwal apa yang mendasari rasa takut anda?

  2. Apakah anda menjadi gampang murka atau argumentative dengan orang lain sebagai suatu cara untuk lari dari perasaan tidak nyaman anda sendiri?

  3. Apakah orang lain menganggap anda sebagai orang yang kaku, yang selalu ingin semuanya sesuai impian anda?

  4. Apakah anda merasa kesulitan untuk bertanya pada orang lain, takut dianggap tidak kompeten?

  5. Apakah terkadang anda membual ihwal tidak takut terhadap apapun?

  6. Apakah anda merasa terlalu kaku atau menentang dibanding yang anda inginkan?

  7. Apakah anda ingin bisa lebih santai dan menikmati hidup?

  8. Apakah terkadang anda berpikir bahwa dibalik kemarahan anda, anda banyak menyimpan rasa takut?

  9. Apakah anda cenderung menjadi sarkastis atau sinis terhadap orang-orang dari pada berbicara secara pribadi pada mereka mengenai apa yang mengganggu anda?

  10. Apakah anda melindungi diri dengan berakting seolah-olah  suatu serangan yang baik yaitu pertahanan yang terbaik?

  11. Apakah anda menganggap rasa takut orang lain itu sebagai indikasi kelemahan atau kekurangan dalam karakternya?

  12. Apakah anda memandang diri sebagai keras diluar, tapi lembut di dalam?

Skore Total: __

Perankingan dan Penaksiran Quiz

Sekarang anda sudah menuntaskan quiz, masukkan skore total untuk setiap quiz:

Skore untuk Quiz #1—Mengekspresikan takut dengan cara malu: ___
Skore untuk Quiz #2—Mengekspresikan takut dengan cara waspada: ___
Skore untuk Quiz #3—Mengekspresikan takut dengan cara patuh: ___
Skore untuk Quiz #4—Mengekspresikan takut dengan cara macho: ___
Skore untuk Quiz #5—Mengekspresikan takut dengan cara mengontrol: ___

Sekarang rangking cara anda mengekspresikan rasa takut. Jadikan total skore tertinggi sebagai cara utama anda mengekspresikan rasa takut, skore tertinggi berikutnya yaitu cara sekunder, dan seterusnya.

Cara mengekspresikan rasa takut yang tertinggi pertama: ________
Cara mengekspresikan rasa takut yang tertinggi kedua: ________
Cara mengekspresikan rasa takut yang tertinggi ketiga: ________
Cara mengekspresikan rasa takut yang tertinggi keempat: ________
Cara mengekspresikan rasa takut yang tertinggi kelima: ________

Saat anda menganalisa ulang hasil-hasil anda, harap di ingat hal-hal berikut ini:

  • Ingat bahwa latihan ini menyediakan tinjauan umum mengenai cara anda mengekspresikan rasa takut; ini bukanlah suatu test resmi, empiris. Tujuan disini yaitu untuk menerima suatu cara mengatasi bagaimana rasa takut berkontribusi terhadap gaya kepribadian anda.
  • Semua orang yang mengikuti quiz ini akan menawarkan skore pada setiap pernyataan. Kemungkinan skore terendah pada setiap quiz yaitu 12 poin; tertinggi yaitu 60. Tapi, skore 12 akan menjadi tidak mungkin, sebab itu berarti bahwa anda counterphobic, atau cenderung untuk merespon pada situasi tanpa rasa takut sama sekali. Skore ideal akan berada dipertengahan (20-40), yang menyiratkan rasa takut yang relatif ringan dan masuk akal terhadap masalah-masalah yang di diskusikan.

5 Cara Mengekspresikan Rasa Takut

Sekarang anda sudah tahu cara apa yang paling lebih banyak didominasi anda gunakan untuk mengekspresikan rasa takut dalam hidup anda, berarti sudah waktunya untuk berguru ihwal masing-masing jenis kepribadian spesifik.

Harap di ingat bahwa cara-cara mengekspresikan rasa takut ini bukanlah entity yang saling terpisah; kelimanya mempunyai kesamaan dalam beberapa fitur penting, dan yaitu mungkin bagi seseorang untuk menerima skore yang tinggi pada lebih dari satu cara.

Namun, orang yang takut umumnya cenderung untuk mempunyai suatu cara yang dominan, yang mempengaruhi mereka secara fisik, emosional dan intelektual. Perlu di ingat juga bahwa lima cara mengekspresikan rasa takut yang digambarkan disini bukanlah diagnosa medis, melainkan pola-pola kehidupan.

Agar bisa mempelajari cara mengatasi rasa takut, anda akan mendapatkan manfaat dari mengetahui bagaimana dan dalam situasi apa rasa takut anda terpicu. Berikut ini suatu citra umum mengenai lima cara mengekspresikan rasa takut:

1. Malu

Orang yang memakai cara ini cenderung untuk memperlihatkan sikap yang pasif, terhambat, terbatas. Orang yang pemalu sering memakai motto “Aku merasa tidak kondusif atau nyaman dengan orang lain.” Rasa takut ini diwujudkan dengan:

  • Suatu pikiran takut
  • Suara yang sunyi
  • Aksi-aksi yang terbatas
  • Tubuh yang diam
  • Hubungan-hubungan yang tercadang

Gerard—Seorang Pria yang Pendiam

Gerard, 44 tahun, yaitu seorang programer komputer yang telah bergulat dengan rasa aib di sepanjang hidupnya. Rasa takutnya yang lebih banyak didominasi yaitu takut terhadap pertemuan-pertemuan akrab, baik secara perseorangan maupun dalam suatu jadwal yang besar.

Meski sangat sadar akan kesulitan yang selalu dihadapinya, tapi Gerard tetap tidak bisa menghilangkan aneka macam keraguan dan rasa aib yang mendasari ketakutannya.

“Aku tahu saya harus menyingkirkan rasa takut ku supaya bisa mengambil aksi,” ia mengakui, “tapi saya biasanya menundanya atau sama sekali menghindari situasi tersebut hingga saya tidak punya pilihan lain.”

Peperangannya dengan rasa takut telah berkontribusi terhadap banyak masalah, termasuk rusaknya pernikahannya dan aneka macam kepahitan yang menyertainya.

“Setelah saya bercerai, saya hanya duduk di rumah setiap malam dan tidak melaksanakan apapun. Aku sungguh bodoh. Aku kesepian dan sendirian tapi merasa terlalu takut untuk melaksanakan apapun. Malahan, saya hanya terobsesi mengenai apa yang salah, mengutuk diri ku, dan membayangkan hal-hal mengerikan yang dikatakan orang mengenai diri ku.”

2. Waspada

Orang yang memakai cara ini memperlihatkan sikap gugup, gelisah, terlalu responsif dan resah. Motto yang digunakannya yaitu “Aku merasa gugup dan khawatir ihwal begitu banyak hal.” Orang ini mengekspresikan rasa takutnya dengan:

  • Suatu pikiran yang waspada
  • Suara yang histeris
  • Aksi-aksi yang gelisah
  • Tubuh yang hiperaktif
  • Hubungan yang heboh

Sharon—Gugup dan Tegang

Sharon, seorang ibu yang berusia 38 tahun dan seorang pekerja sosial paruh waktu, yaitu seseorang yang sangat perhatian pada semua orang disekitarnya, tapi ia membuat sesuatu yang berpotensi membawa kebaikan ini menjadi suatu kesalahan.

“Aku rasa saya berasumsi bertanggung jawab terhadap lebih banyak hal dibanding yang seharusnya,” Sharon mengakui, “tapi saya takut untuk membuang aneka macam keprihatinan ku. Aku mengkhatirkan ihwal apa yang akan terjadi jikalau saya melakukannya.”

Misalnya, ia selalu menjemput anak-anaknya ketika pulang sekolah meski ketika ini anak-anaknya sudah berusia 12 dan 10 tahun, usia dimana banyak orang bau tanah yang membiarkan anak-anaknya untuk berjalan pulang sendiri atau dengan teman-temannya.

Sharon beralasan: “Meski kami tinggal di lingkungan yang aman, tapi anda tidak akan pernah menjadi terlalu berhati-hati. Anda tidak akan tahu apa yang mungkin terjadi. Suami saya menyampaikan saya overprotective dan seharusnya sedikit longgar. Praktis bagi ia untuk mengatakannya tapi tidak gampang bagi saya untuk melakukannya.”

Selain itu, Sharon sering merasa sangat kelelahan sebab selalu tergesa-gesa, mengerjakan aneka macam kewajiban yang real maupun imajinasi. Dia sendiri sadar bahwa ia perlu menenangkan diri, mengerjakan semuanya dengan tenang, dan membiarkan sebagian hal untuk berkembang tanpa perjuangan terus menerus dari ia untuk mengaturnya.

Tapi ia merasa kesulitan untuk melaksanakan itu, “Aku tidak tahu bagaimana cara untuk rileks,” ia mengakui. “Aku merasa kesulitan untuk tertidur—Aku selalu memikirkan ihwal masalah-masalah yang mungkin akan muncul dan semua tanggung jawab yang perlu saya tanggulangi.”

3. Patuh

Orang yang patuh itu suka bergantung, ragu-ragu, plin-plan, dan gampang di intimidasi. Orang yang patuh memakai motto “Aku hancur jikalau seseorang tidak oke dengan ku.” Rasa takutnya diekspresikan dengan:

  • Pikiran yang tidak yakin
  • Suara yang ragu
  • Aksi-aksi yang menghasilkan
  • Tubuh yang berhati-hati
  • Hubungan yang penuh hormat

Doris—Seorang Anak yang Berbakti

Sepanjang hidupnya, Doris, seorang ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun, telah karam dalam keraguan. Dalam keluarga dimana ia berasal, ia yaitu seorang stereotipikal “anak baik,” yang selalu siap untuk menyenangkan orang lain dan membuat orang tuanya bangga.

Sebagian aspek dari kepribadiannya yaitu suatu respon layak terhadap situasi keluarga, yaitu: Ayah doris jarang berada di rumah, dan ibunya sangat kerepotan mengurusi adik-adiknya.

“Aku tahu bahwa ibu membutuhkan saya untuk bisa mengurusi diri ku sendiri,” Doris menjelaskan. “Jadi, untuk itu, saya berpura-pura selalu baik-baik saja—bahkan ketika saya merasa sangat takut atau murka atau kebingungan.”

Meski reaksinya bisa dipahami, tapi itu tetap mempunyai dampak-dampak yang meragukan. Doris merasa bahwa kewajibannya dalam hidup yaitu “Aku bukan cuma khawatir ihwal apa yang dipikirkan orang lain, saya bahkan tidak tahu niscaya apa yang saya pikirkan. Aku takut untuk mempunyai opini ku sendiri. Aku ragu untuk mengambil keputusan. Aku bekerja keras untuk mendapatkan persetujuan dari orang lain.”

4. Macho

Secara kontras, orang macho itu keras dan berangasan diluar tapi takut di dalam. Orang yang macho akan membual untuk mengintimidasi, memperlihatkan rasa takut hanya ketika seseorang menentangnya.

Sikap khasnya yaitu “Aku tidak akan memperlihatkan pada siapapun—termasuk diri ku—bahwa saya takut.” Rasa takut ini diwujudkan dengan:

  • Suatu anutan yang tidak fleksibel
  • Suara yang kasar
  • Aksi-aksi yang berlawanan
  • Tubuh yang kaku
  • Hubungan yang kaku

Rob—Pria Macho

Rob, seorang polisi berusia 28 tahun yaitu rujukan klasik dari orang macho. Sering digambarkan sebagai “polisi yang tidak takut terhadap apapun,” ia besar hati akan reputasinya dan menganggapnya sebagai asset personal dan profesional.

“Tidak ada yang berani macam-macam dengan ku,” Rob membual. “Jika mereka macam-macam, mereka akan menyesal.” Di ketika yang sama, secara tertutup ia mengakui bahwa imaje machonya tidak sama dengan apa yang ia rasakan di dalam.

“Dalam realitas, saya seringkali merasa takut. Aku berharap saya sama beraninya ibarat apa yang orang kira mengenai diri ku, tapi sebagian besar saya menghindari rasa takut, sebab itu lebih gampang untuk dilakukannya. Dari ketika saya masih kecil, saya berguru untuk menyembunyikan rasa takut ku dengan baik. Aku tumbuh di lingkungan yang keras di mana saya berguru untuk 'menghadapinya layaknya seorang pria.' Tidak problem apakah jantung anda berdetak kencang atau urat syaraf anda menegang hingga hampir putus. Hal terburuk yang bisa anda lakukan yaitu menjadi seorang pengecut.”

5. Pengontrol

Terakhir, orang yang suka mengontrol itu kompulsif, suka memaksa, dan kritis. “Sungguh membuat ku gila jikalau hal-hal tidak dilakukan sebagaimana seharusnya” yaitu motto dari seorang pengontrol. Dengan mempertahankan suatu pehamaman yang ketat mengenai aturan akan meminimalkan hal-hal yang tak terduga, yang akibatnya meminimalkan rasa takut. Attribut lainnya yaitu:

  • Pemikiran yang kritis
  • Suara yang menuntut
  • Aksi-aksi yang mendorong
  • Tubuh yang tegang
  • Hubungan yang mendominasi

Janice—Karena Aku Mengatakannya Begitu

Janice, yang berusia 34 tahun, single, dan seorang direktur humas, yaitu seseorang yang suka mengontrol. Dia besar hati akan pencapaian profesionalnya dan selalu bekerja keras, seringkali hingga malam.

Tapi, Janice bukan cuma memaksakan dirinya, ia juga memaksa orang-orang disekitarnya. Para bawahannya (bahkan rekan-rekannya) memberinya gelar sebagai si pemberi kiprah yang galak.

Sikapnya yang pengontrol telah merusak bukan cuma hubungan kerjanya; kecenderungan untuk mendominasi orang lain ini juga telah merusak hubungan cintanya.

“Saat kekasaih ku mencampakkan saya tahun lalu,” Janice menjelaskan, “dia menyampaikan bahwa ia sudah tidak tahan lagi dengan kritikan dan sikap ku yang suka mengontrol. Aku sangat kaget. Aku kira ia tidak cukup baik untuk ku—tapi ternyata ia malah mencampakkan aku. Aku hampir tidak bisa percaya!”

Guncangan sebab kehilangan ini mengilhami Janice untuk mengikuti terapi kelompok. Yang membuatnya heran, ia menerima masukan yang mengkonfirmasi persepsi kekasihnya mengenai sifatnya yang suka mengontrol.

Janice mencoba untuk membela diri: “Orang-orang tidak mengerti bahwa saya punya banyak ketakutan. Kecuali hal-hal dilakukan ibarat yang saya anggap terbaik, saya merasa tidak berdaya dan kewalahan. Dengan menjadi pengontrol membuat ku merasa lebih aman. Tapi kini saya hidup sendirian, saya menderita. Kedengarannya menyakitkan untuk dikatakan, tapi tanpa seseorang untuk dikontrol, hidup ku tampaknya tidak berarti.”

Takut—Sebuah Pola yang Bisa Anda Ubah

Nah, kini anda sudah mengidentifikasi cara anda mengekspresikan rasa takut, berarti anda sudah mengambil suatu langkah yang besar, yaitu mengakui sikap dan pola tingkah laris dalam cahaya yang terang. Selanjutnya apa?

Langkah selanjutnya yaitu membuatkan skill-skill yang akan membebaskan anda dari ikatan-ikatan rasa takut. Berikan diri anda pujian, sebab anda sedang berada dijalan untuk mempelajari cara menjalani hidup yang lebih bebas, kehidupan yang lebih penuh dengan petualangan.

Tapi, pertama-tama, mari kita pelajari dulu bagaimana suatu gaya hidup yang penuh rasa takut dimulai.


Sumber https://wownita.blogspot.com/

0 Response to "Cara Mengekspresikan Rasa Takut"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel